Jaringan akses generasi ke-3 (3G)
seperti WCDMA dan cdma2000 memiliki struktur jaringan yang kompleks dan perlu melibatkan
banyak protokol untuk mengcover seluruh sistemnya. Oleh sebab itu, jaringan akses
generasi ke-4 (4G) diharapkan memiliki struktur yang lebih sederhana yang
seluruhnya berbasis pada internet protocol (all-IP). Dengan berbasis pada IP, seluruh
lalu lintas paket dalam jaringan akses dan jaringan backbone adalah seragam, tanpa
perlu mengkonversikan satu protokol ke protokol lainnya.
Sebagian besar jaringan 3G pada
dasarnya dibangun di atas jaringan selular circuit-switched, dimana mereka memiliki
gerbang (gateways) sendiri untuk menterjemahkan paket-paket IP dari jaringan backbone.
Jaringan 3G juga mempunyai protocol dan interface sendiri-sendiri dalam berkomunikasi
sesamanya.
Hal Ini menjadi masalah
tersendiri dalam hal interoperability. Oleh sebab itu, untuk mengatasi berbagai
masalah ini, jaringan 4G dirancang sebagai sebuah jaringan all-IP yang berbasis
packet switched seperti halnya jaringan backbone berbasis IP seperti intranet
(LAN, WLAN) dan internet.
Dalam rancangan pengembangannya,
jaringan 4G mempunyai 2 visi yang berbeda. Pertama adalah jaringan 4G yang
Revolusioner (4G-R), dimana dikembangkan sebuah sistem yang inovatif. Yang
kedua adalah yang bervisi Evolusioner (4G-E), dimana jaringan 4G disini
mempunyai kemampuan interworking dengan sistem-sistem jaringan yang telah ada.
4G-R
WLAN IEEE 802.11 adalah sistem
yang telah mencapai throughput sampai dengan 54Mbps akan tetapi masih terbatas
pada area layanan yang hanya mencapai beberapa ratus meter saja (200 – 300
meter). Dilain pihak, jaringan selular saat ini (seperti cdma2000 1x EV-DO) dapat
mengcover layanan sejauh beberapa kilometer, akan tetapi throughput sel nya
hanya mencapai 2Mbps. Berdasarkan hal ini, adalah sangat esensial untuk mengembangkan
sistem yang inovatif yang memiliki throughput yang tinggi dan jangkauan layanan
yang lebar.
Sistem baru 4G yang inovatif ini
menggunakan teknik-teknik yang berbeda dari pendahulunya, seperti penggunaan
orthogonal frequency division multiplexing/multiple access (OFDM/OFDMA) dan
antenna dengan sistem multiple input multiple output (MIMO).
Untuk mendukung berbagai kondisi,
seperti mobilitas pengguna, baik yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mobile)
atau pun yang berkecepatan rendah (nomadic), jenis trafik (data atau suara),
atau batasan cakupan (cellcentre/boundary), maka dikembangkanlah teknik-teknik
yang mengkombinasikan beberapa akses jamak (hybrid multiple access).
4G-E
Berbeda dengan teknologi 4G-R,
teknologi yang di usung oleh 4G-E merupakan pengembangan teknologi berbasis 3G
– Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) yang telah diimplementasikan
oleh the Third Generation Partnership Project (3GPP) dan dikenal dengan nama 3GPP
Long Term Evolution (LTE). LTE diperkenalkan sebagai standard 3GPP Release 8.
Pada awalnya pengembangannya, LTE
dinyatakan sebagai bentuk peningkatan teknologi 3G atau pre-4G karena hanya
merupakan pengembangan dari UMTS. Selain itu dengan spesifikasi peak rates 100
Mbps untuk downlink dan 50 Mbps untuk uplink, LTE jelas tidak memenuhi kriteri
teknologi 4G yang ditetapkan ITU-IMT Advanced.
Peningkatan spesifikasi ini
dikenal dengan LTE-Advanced (LTE-A). Selain memenuhi peak rates 1 Gbps,
peningkatan spesifikasi juga dilakukan pada elemen Radio Access Network (RAN)
dan Radio Access Control (RAC) untuk meningkatkan performance jaringan. Standard
resmi LTE-A ditetapkan dalam 3GPP Release 10, dan diharapkan akan diluncurkan
pada kuartal ketiga 2010.
Sementara standard air interface untuk teknologi 4G-R
masih terus dalam pengembangan, demikian juga halnya untuk standard compliances
dan conformances melalui WiMAX forum. Dilain pihak peluang 4G-E sangat terbuka untuk
dipasarkan, terutama oleh operator incumbent, melalui pre-4G LTE atau paling
tidak dengan mengimplementasikan standard 3GPP Release 5 dan Release 6 yang dikenal
dengan nama IP Multimedia Subystem (IMS). (dikutip dari http://area-teknik.blogspot.co.id/)